Seorang pemuda berperawakan sedang
itu bangun dari tidur panjangnya yang sudah cukup lama. Sedikit menghela nafas,
ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk enyah dari tempat tidur yang sudah
memanjakanya cukup lama. Senin pagi yang lumayan berat untuk dilewati mengingat
tugas mas jarwo yang menggunung belum juga kelar, entah itu tugas rumah,
kuliah, atau rengrengan agenda yang belum terealisasikan. Mas Jarwo nama akrab
mahasiswa tingkat SMA (semester menengah akut), pemuda kalem di sebuah kampung
yang sangat membuatnya benar2 bingung. Bagimana tidak bingung, Mas Jarwo yang
biasa hidup di kampung pemabuk dan penjudi, tiba2 dikejutkan dengan warga ramah
tamah, setiap hari pergi ke masjid, sekumpulan pemuda yang tiap malam sibuk
menuang secangkir kopi ke piring kecil dan
duduk berjam-jam tanpa menghasilkan apa2 lalu subuhnya mengaji. rumah-rumah yang
tertutup rapat setelah jam 9 malam.*haah* Mas Jarwo pun menggelengkan kepalanya
dan memaksa ia mengumpat keras-keras dalam hatinya *JANCUKKK!!! Yah Mas Jarwo
menyebutnya kampung JANCUK apakah mereka tergesa-gesa untuk ngencuk sehingga
tidak ada yang kuat begadang?? Ah sudahlah tak penting memusingkan kampung
bingung atau kampung jancuk itu!! Terperanjat Mas Jarwo dari tempat tidurnya, dikejutkan
oleh waktu yang tanggung Mas Jarwo melangkahkan kedua penopang raganya dengan
derap langkah yang bingung, seketika Mas Jarwo merasa canggung antara memilih
gayung atau membuat secangkir kopi untuk menikmati waktu tanggung. “ah persetan
masih jam 6 kurang 15 menit,” menit-menit yang genit untuk bercumbu dengan secangkir
kopi yang pahit, gumam Mas Jarwo.
Akhirnya secangkir kopi beraroma
nikmat sudah siap disikat untuk menghajar pagi yang pekat, dengan kabut yang
lumayan hangat. Cuaca seperti ini sudah menjadi selimut hidupku di bumi arema
ini, cuaca yang lebih mudah dipahami daripada filasafat berat yang sering
kutemui. Mas jarwo sedikit berorasi pagi ini. Mesin waktu berdetak semakin keras mengalakan sirine
ambulans yang biasa lewat depan rumah. Gayung
dan gemercik air pun bersahutan, seakan-akan memanggil mas jarwo untuk segera
menyapanya.. setengah gelas kopi sudah kuteguk saatnya aku membilas malasku dengan
batin hati yang lantang Mas Jarwo masuk kamar mandi.
Mesin waktu sudah di area loosetime,
Mas Jarwo tetap santai menikamati loosetime “paling-paling Bapak tua itu masuk
telat, kata Mas Jarwo pelan”. Setengah gelas kopi, sisa tadi di habiskannya
tanpa ampun. Semakin semangat menjalani senin pagi dengan hangat senyum mentari
sesekali menyengat kulit-kulit ari. Sembari menyiapkan kuda besinya, Mas Jarwo
selalu disuguhkan dengan sapaan-sapaan hangat warga sekitar yang lewat
lalu-lalang di depan rumahnya. “selamat pagi Mas Jarwo”. Ya inilah KAMPUNG
JANCUKKU, malam seperti kuburan tapi ketika pagi menjelang mereka seperti
tercerahkan dari rumahnya masing-masing.”Kata Mas Jarwo sangat lantang”. Pemuda
berkepala dua itu masih cukup lihai mensiasati malam-malamnya dengan beberapa
karya, seperti melukis,menulis cerpen,puisi, atau membuat sketch wajah yang masih
sulit untuk dibikin serealis mungkin. “ART IS PART OF ME”, *bisik Mas Jarwo
kepada kuda besinya.
MAS JARWO mahasiswa tingkat SMA (semester menengah akut) |