Kamis, 28 Agustus 2014

MENULIS ATAU HANYA DIAM

        Pada akhirnya aku berhenti kepada senja yang mempertemukanku kembali pada kata yang sukar untuk dipahami ini. pada beberapa baris kalimat yang lugu. Kalimat yang sering aku gumamkan di jejaring sosial ataupun notes kecilku. Tapi aku tidak berhenti pada sebuah tanda kalimat yang sudah mutlak disebut dengan titik. Aku tidak berhenti di sini.

      Aku kembali menuliskan apa-apa yang seharusnya ku tulis lagi, apa-apa yang harus ku renungkan lagi. Mungkin aku tidak akan berhenti menuliskan semua ceritaku, aku akan terus menulis, menulis dan menulis lagi. Karena ini bagian dari teman dimana aku dapat menumpahkan semuanya di dalam rangkaian kata yang sukar di pahami oleh semua orang. Aku suka menulis.

      Mungkin semacan diary atau sejenisnya, ketika kau menuliskan ceritamu, semua terasa lega, dan kau akan selalu tersenyum kembali ketika membacanya. Terkadang mungkin melelahkan untuk memulai membaca beberapa baris kalimat yang tersusun rapi dalam beberapa paragraf bahkan buku. Sebagian orang yang tak mempedulikan bahkan tak mepunyai rasa keindahan sastra akan merasa muak jika melihatnya. Namun bagiku tidak!! tidak seperti itu!! Aku selalu menghargai tulisan tulisan indah yang membentuk karya sastra.

      Mungkin aku bercita-cita sebagai seorang penulis, tapi intuisiku untuk kesana belum terlalu mumpuni. Semua itu takkan menjadi hal yang mustahil ketika kita mempercayainya. Semua butuh waktu, butuh proses, dan butuh ketelatenan untuk mewujudkannya. Semuanya berasal dari sini. dari niat dan semangat.

      Namun beberapa hari ini aku merasa muak hidup di sekeliling orang yang menghabiskan waktunya sia-sia dan hampir tak tersisa untuk sesuatu yang berguna. berjam-jam di depan televisi, berjam-jam sibuk dengan gadgetnya, berjam-jam tidur tanpa teringat harus terbangun, nongkrong di warkop seharian dan tidak menghasilkan apa-apa. Tak ada *carpe diem* di dalam diri mereka, tak ada niat melawan keseharian yang begitu-begitu saja, jujur aku sendiri merasa risih dan tenggelam di kerumunan mereka. aku merasa seperti orang asing di planet yang berbeda. dan harus bersinggungan dengan mereka.

       Mungkin aku bukan pekerja keras seperti kuli pasar, tukang ojek, atau buruh-buruh lainnya. yang setiap harinya bercucuran keringat untuk sesuatu yang berharga dalam keluarganya. Aku hanya manusia yang sangat mencintai karya dan itu alasan saya harus menulis, membuat sketch, mural dan karya-karya lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar